Terus tadi tuh gw ga sengaja nemu cerita dan penjelasan tentang film ini, gw juga baru baca tadi jadi gw juga pengen share ke kalian:
Salzburg Austria di akhir masa keemasan tahun 1930-an (in the last golden days of the thirties). Film The Sound of Music ini
dibuka dengan pemandangan kabut menyelimuti deretan pegunungan Alpen
Austria. Berderet satu dengan lainnya, dan sambung menyambung elok
berkilauan bagaikan untaian ratna mutu manikam. Sayup-sayup terdengar
desiran angin. Mengetuk perlahan pintu dan jendela hati para pemirsa
film klasik ini.
Kabut pun
tersingkap, nampak mantel salju berselang-seling melekat di puncak dan
punggung pegunungan itu. Hari yang cerah dan indah. Terdengar pula kicau
burung menawan. Kicaunya menyentuh relung kalbu, dan merasuk ke dalam
sukma.
Nampak pula
menjulang hijau pepohonan. Di punggung pegunungan, di atas bukit dan di
lembah-lembahnya nan subur. Diapit bukit-bukit, mengalir sungai yang
berkelok-kelok. Dan ada danau yang airnya terlihat diam. Tenang. Damai.
Tenteram, namun menghanyutkan. Seperti halnya deretan atap-atap dan
bentuk rumah warga di tepi danau itu.
Di kejauhan,
di sisi bukit dekat Biara Nonnberg pada sebuah dataran luas menghijau,
seorang biarawati muda, Maria namanya, dengan penuh perasaan
mendendangkan sebuah lagu: The Sound Of Music.
Kumandang musik yang mengiringi alunan vokal bening Maria bagai
menyentak kesadaran. Ia ungkapkan perasaan yang membuncah di dataran
hatinya dalam lirik sebagai berikut:
“Bukit
ini hidup dengan suara musik. Dengan lagu yang telah mereka nyanyikan
selama ribuan tahun. Bukit ini mengisi hatiku dengan suara musik. Hatiku
ingin nyanyikan setiap lagu yang didengarnya. Hatiku ingin mengepak
bagai sayap burung, yang terbang dari danau ke pohon. Hatiku ingin
bersinar bagai lonceng yang terbang, dari gereja terbawa hembusan angin.
Tertawa bagai anak-anak saat tersandung dan jatuh, akibat batu yang
menghalangi jalannya. Menyanyi di malam hari bagai seseorang yang
belajar berdoa. Aku pergi ke bukit, saat hatiku kesepian. Aku tahu akan
mendengar yang pernah kudengar sebelumnya. Hatiku akan diberkati dengan
suara musik. Dan aku akan menyanyi sekali lagi.”
Setelah Maria mendendangkan lagu tersebut, barulah pemirsa disuguhkan informasi mengenai judul film: The Sound of Music, para pemerannya, koreografer, produser, sutradara, kru-kru film yang terlibat di dalamnya dan sebagainya.
***
Film The Sound of Music berlatar
Eropa sebelum Perang Dunia II ini, berkisah tentang sosok Maria
(diperankan oleh Julie Andrews). Di permulaan film, ia digambarkan
sebagai seorang calon biarawati dengan jiwa yang bebas. Gemar menyanyi,
pun lihai memainkan alat musik. Bertindak spontan, bengal dan terkesan
semaunya sendiri. Karena jiwanya yang bebas dan lebih suka bermusik di
luar biara, ia acap terlambat saat ibadat. Tak pelak, tingkah polah
Maria tersebut menjadi pembicaraan di biara. Sebagian biarawati ada yang
suka kelakuan Maria, namun ada pula yang tidak.
Hingga suatu
hari, Mother Abbess (diperankan oleh Peggy Wood) sebagai pimpinan biara
menugaskan “sementara” Maria sebagai pengasuh 7 (tujuh) putra-putri
Kapten Georg von Trapp (diperankan oleh Christhoper Plummer) yang
tinggal di sebuah vila di Aigen, sebuah kawasan pinggiran Kota Salzburg.
Kapten Georg
von Trapp adalah pensiunan perwira Angkatan Laut Austria. Semenjak
istrinya meninggal, Kapten von Trapp telah berulang kali gonta-ganti
pengasuh untuk putra-putrinya. Semua pengasuh sebelum Maria tidak
kerasan. Ini terkait cara Kapten von Trapp membuat aturan-aturan di
rumah tangganya yang bergaya militer. Pada gilirannya putra-putrinya
merasa terkekang dengan aturan-aturan gaya militer tersebut.
Kedatangan
Maria sebagai pengasuh di tengah-tengah keluarga Kapten von Trapp
mengubah semua itu. Ia memperkenalkan suasana baru dalam mengasuh
anak-anak yang jauh dari tradisi militer. Lambat laun, anak-anak yang
semula nakal dan jahil akhirnya menyukai Maria. Melalui talentanya
bermusik dengan jiwa yang bebas, ia mendidik anak-anak Kapten von Trapp
bermain, menyanyi dan menikmati hidup dalam suasana yang bebas pula.
Dikisahkan,
Maria mengajak anak-anak asuhannya bermain dan bersuka ria di alam
bebas. Ia mengajari pula mereka menyanyi dan cara membuat lagu. Maka
meluncurlah lagu “Do-Re-Mi” dengan petikan gitar Maria yang
ditimpali oleh lantunan gita anak-anak silih berganti. Menurut Maria,
dengan menguasai tangga nada do-re-mi, seseorang bisa mengarang sebuah
lagu yang diinginkannya.
Lagu-lagu seperti “The Sound of Music”, “Do-Re-Mi”, “My Favorite Things”, “Edelweiss”, “Sixteen Going on Seventeen”, “The Lonely Goatherd”, “So Long Farewell”, “Climb Ev’ry Mountain”, dan lain-lain menghiasi film ini. Lirik-lirik OST Film The Sound of Music dalam Format File PDF telah saya persiapkan tatkala membuat tulisan ini. Silakan klik di sini.
Mulanya
Kapten von Trapp tidak menyukai perubahan suasana itu, namun akhirnya ia
menyadari bahwa suara musik memang sudah bertahun-tahun tidak terdengar
di lingkungan keluarga itu. Ia memahami sesungguhnya anak-anak tidak
perlu dikekang, dan anak-anak perlu dibebaskan menentukan aktivitas yang
disukainya. Berkat musik pula akhirnya Kapten von Trapp menanggalkan
aturan-aturan gaya militer, dan ia semakin menyayangi putra-putrinya.
Ketujuh
anak-anak Kapten von Trapp, masing-masing: si sulung Liesl (16 tahun)
(diperankan oleh Charmian Carr), Friedrich (14 tahun) (diperankan oleh
Nicholas Hammond), Louisa (13 tahun) (diperankan oleh Heather Menzies),
Kurt (11 tahun) (diperankan oleh Duane Chase), Brigitta (10 tahun)
(diperankan oleh Angela Cartwright), Marta (7 tahun) (diperankan oleh
Debbie Turner), dan si bungsu Gretl (5 tahun) (diperankan oleh Kym
Karath).
Tidak
dinyana, diam-diam Kapten von Trapp mulai mengagumi Maria. Tidak
dipungkiri pula, telah tumbuh benih-benih cinta untuk disemai padanya.
Sementara itu, sinyal cinta Kapten juga ditangkap Maria. Maria pun sadar
bahwa pada hatinya bersemi pula nada-nada cinta yang siap untuk
disenandungkan. Dalam samudera cinta dua anak manusia, kadang yang tak
terucapkan dapat diselami bersama asalkan pintu hati dan jendela pikiran
dibuka selebar-lebarnya.
Sekalipun
awalnya duda Kapten von Trapp berencana menikahi teman perempuannya asal
Kota Wina, Baroness Elsa Schraeder (diperankan oleh Eleanor Parker),
akhirnya pilihan dijatuhkan pada Maria. Padahal Baroness telah beberapa
saat tinggal di keluarga Kapten von Trapp. Tepatlah ungkapan Jawa “witing tresno jalaran soko kulino” (cinta bersemi dan bersemayam lantaran kebiasaan).
Nalurinya
sebagai seorang perempuan membuat Baroness Elsa “menyingkir teratur”
dari percaturan asmara di atas. Jalan terbentang lebar, maka Kapten von
Trapp melangsungkan pernikahan dengan Maria dalam sebuah upacara megah
di sebuah katedral Kota Salzburg.
Klimaks film The Sound of Music
bermula saat Kapten von Trapp mendapat panggilan untuk berdinas aktif
kembali pada kesatuan tentara NAZI Jerman (perlu diketahui Austria saat
itu menjadi bagian Reich Ketiga Adolf Hitler). Namun ia menolak dengan
caranya sendiri. Kisah pelarian keluarga Kapten von Trapp menyingkir
dari Austria menjadi fragmen menegangkan film ini.
Rasanya
tidak cukup dan terlalu panjang bila kisah detail di film itu
diceritakan di sini. Pembaca (yang belum pernah menonton) silakan
menyaksikan sendiri cakram DVD di layar televisi. Cakram berlabel resmi
bisa didapatkan di toko-toko kaset, misalnya, di Toko Disc Tarra.
Penulis menggaransi bahwa pembaca tidak akan rugi mengoleksi DVD film The Sound of Music tersebut untuk putra-putri di rumah.
***
Film The Sound of Music diadaptasi dari teater musikal Broadway yang musiknya ditulis oleh Richard Rodgers dan Oscar Hammerstein II. The Sound of Music berhasil memenangkan perhargaan piala Oscar (Academy Award) untuk kategori Best Picture pada 1965. Tak hanya Best Picture, film yang disutradarai oleh Robert Wise itu juga berhasil menang dikategori Best Director, Sound, Adapted Score dan Film Editing. The Sound of Music
juga dinominasikan untuk album terbaik di ajang Grammy Award. Di ajang
Golden Globe, sang bintang utama Julie Andrews berhasil menjadi Aktris
Terbaik.
Sudah lebih 40 tahun film The Sound of Music
yang disutradarai Robert Wise ini beredar seantero dunia semenjak
dirilis pertama pada Maret 1965. Sebagai sebuah film bergenre musikal,
ia telah ditonton puluhan bahkan ratusan juta orang di muka bumi ini.
Sekali pemirsa menyaksikan film ini, pasti ingin menontonnya lagi. Dan
lagi.
Tidak akan
bosan menonton film ini. Cocok buat mengenalkan musik pada anak-anak
sejak usia dini bawah lima tahun (balita). Cocok pula buat di atas
balita, remaja, dewasa bahkan orang tua. Ia film untuk keluarga segala
usia. Tidak berkelebihan, film The Sound of Music merupakan film musikal terfavorit sepanjang massa (favourite musical movie of all time). Pada 2007 lalu, American Film Institute memasukkan The Sound of Music kedalam 100 film terbaik sepanjang masa. Bahkan, ia juga tergolong maha karya (masterpiece), lantaran pesan-pesan moral dan nilai kebajikan serta pertukaran edukasi yang terkandung didalamnya.
Dan ada satu lagu yang gw suka pake banget di film ini! Berasa remaja gitu deh, wkwk.. Lagunya tuh sixteen going on seventeen.. Gw berhasil tuh nemu liriknya dan niatnya sih pengen ngafalin. hahaha.. Gw nyari di youtube ga ada videonya, kalaupun ada ya cuplikan dari tuh film aja, jadi skalian aja gw share yang ada tulisan liriknya aja, biar sekalian tau liriknya :p hahaha.. nih kalo pada mau denger, sumpah bagus enelan ciyus ga oong ;;)
0 komentar:
Posting Komentar